Senin, 18 Februari 2013

Sejarah Hari Sampah Nasional

Hari sampah nasional ditetapkan hari ini 21 Febuari sejak tahun 2005 untuk mengenang tragedi longsornya TPA Leuwigajah


Lima tahun lalu, tepatnya 21 Februari 2005 pada dini hari, tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Leuwigajah longsor dan mengubur 143 orang tewas seketika. Sekitar 137 rumah di Desa Batujajar Timur, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung dan dua rumah di Desa Leuwigajah, Cimahi, Provinsi Jawa Barat juga tertimbun longsoran sampah dengan ketinggian mencapai 3 meter.

Selain itu, ribuan ton kubik sampah juga mengubur kebun dan lahan pertanian milik warga Kampung Pojok, Cimahi Selatan Tragedi ini kemudian dicanangkan sebagai Hari Sampah Nasional. Tentu, ini dimaksudkan agar semua pihak peduli dengan masalah pengelolaan sampah ini. Lebih jauh lagi, sudah saatnya TPA dikelola secara benar.

Tahukah kawan bahwa sekitar 90% tempat pembuangan akhir (TPA) yang ada di Indonesia dinilai belum memenuhi syarat. Hal ini didukung oleh pernyataan Asisten Deputi Unsur Pengendalian Pencemaran Limbah Domestik Kementrian Lingkungan Hidup,Tri Bangun L. Soni mengatakan bahwa tempat pembuangan sampah di 26 kota besar termasuk metropolitan rawan longsor. Kondisi tersebut menempatkan Negara Indonesia tercinta ini sebagai negara tertinggi angka kematian penduduknya akibat sampah. Total rata-rata sampah nasional mencapai 200 ribu ton per hari dan dari angka tersebut kota Jabodetabek merupakan kota penyumbang sampah terbesar yaitu sekitar 25.000 ton per hari.

Bayangkan kawan bagaimana dengan sebulan kalau sampah ini menumpuk dan tidak ada penanganannya secara terpadu dan tersistem. Pertambahan penduduk dapat menyebabkan bertambahnya volume sampah. Hal ini dipengaruhi juga oleh pola konsumsi masyarakat dan paradigma masyarakat yang masih menganggap sampah sebagai sesuatu yang harus dibuang atau disingkirkan.

Di sisi lain pengelolaan sampah hanya dilakukan sebagai sesuatu yang pengelolaannya bersifat rutin yaitu hanya dengan cara memindahkan, membuang, dan memusnahkan sampah. Pada akhirnya hal ini berdampak pada semakin langkanya tempat untuk membuang sampah dan produksi sampah yang semakin banyak mencapai ribuan m3 per hari. Masalah ini bias menimbulkan masalah lagi yaitu dapat menyebabkan munculnya TPA/TPS illegal dalam arti membuang sampah di lahan kosong atau di sungai-sungai. Fenomena ini yang akhirnya pada tahun 2009 dan 2010 kota Jakarta sebagai Ibukota Negara mengalami musibah banjir dikarenakan banyak terdapat sampah-sampah di sungai maupun saluran pembuangan yang tidak dapat bekerja dengan baik tersumbat dan air akan meluap.

Lingkungan hidup saat ini menunjukan gejala yang makin memprihatinkan, mulai dari pencemaran air sungai baik yang disebabkan pembuangan limbah pabrik maupun limbah domestik, pencemaran udara yang disebabkan karena pembuangan gas emisi baik dari pabrik maupun kendaraan bermotor, hingga masalah krisis air bersih yang makin mengancam di masa yang akan datang. Salah satu persoalan lingkungan yang belum menunjukkan perbaikan yang berarti adalah masalah Gerakan mengurangi sampah

Untuk itu maka dalam rangka mengurangi “beban” pemerintah kota dalam mengurusi masalah sampah maka kita harus bersikap lebih “bijak”, yakni mengurangi “nyampah”. Gerakan mengurangi sampah tersebut dilakukan mulai dari hulu (industri) hingga hilir (konsumen/masyarakat). Di tingkat industri pengurangan sampah dilakukan mulai dari merancang kemasan produk, penantuan bahan kemasan produk, hingga bertanggung jawab terhadap kemasan produk yang berada di tingkat konsumen. Di tingkat konsumen atau masyarakat pengurangan sampah dapat dilakukan dengan merubah berbagai kebiasaan yang menyebabkan timbulnya sampah, misalnya dalam berbelanja ke pasar atau ke supermarket maka bawalah kantong dari rumah yang dapat digunakan khusus berbelanja jadi tidak menggunakan kantong kresek, janganlah membuang produk yang masih bisa digunakan tapi sumbangkan ke orang lain yang mungkin membutuhkan.

Jadikan sampah sebagai berkah

Dalam rangka upaya mengurangi sampah maka kita harus merubah mindset kita dari cara pandang sampah hanya sebagai waste yang harus dibuang menjadi sumber daya yang dapat dimanfaatkan dan bahkan bernilai ekonomi. Kita semua juga mungkin sudah tahu banyak para pelaku sector informal yang melakukan usaha dengan berbahan sampah tersebut sehingga bagi mereka sampah bukan masalah tapi berkah.

Mengawali upaya agar sampah di rumah tangga menjadi berkah (bukan masalah) maka langkah harus dilakukan adalah memilah sampah. Pemilahan dilakukan minimal memisahkan sampah organik/mudah busuk/dapat dikomposkan dan sampah non organik/tidak mudah busuk/tidak dapat dikomposkan, atau pemilahan dilakukan sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan kita selanjutnya. Berikut ini adalah contoh pemilahan sampah di rumah tangga dan tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan untuk mengurangi sampah :

Bila pemilahan tersebut sudah dilakukan maka hampir sebagian besar sampah sebenarnya masih dapat dimanfaatkan baik oleh si penghasil sampah itu sendiri maupun oleh orang lain.

Gerakan “Bank Sampah” di Masyarakat

Bank Sampah adalah sebuah kreasi inovatif yang dilakukan masyarakat dalam memanfaatkan nilai ekonomi yang terkandung dalam sampah, dan secara tidak langsung dapat mengurangi sampah yang dibuang. Seperti halnya bank lainnya yang kita kenal, bank sampah ini ada manajemen pengelolanya, ada nasabahnya dan ada pencatatan pembukuannya. Apabila dalam bank yang biasa kita kenal yang disetorkan nasabah adalah uang maka dalam Bank Sampah yang disetorkan “nasabah”nya adalah sampah yang dipandang bernilai ekonomis. Kemudian pengelola Bank Sampah harus melakukan upaya kreatif dan inovatif agar sampah-sampah yang dihimpun dari “nasabah” dapat menjadi uang. Oleh karena itu, pengelola Bank Sampah tersebut harus merupakan orang-orang yang kreatif dan inovatif serta memiliki jiwa kewirausahaan.


Kesimpulan

Dilihat dari karakteristik fisik-kimia nya, sampah memang bisa jadi masalah lingkungan bila tidak ditangani dengan baik apalagi bila sudah terakumulasi dalam skala kota. Namun demikian sampah bisa menjadi berkah bila “beraliansi” dengan tangan-tangan kreatif dan inovatif. Untuk itu maka dalam rangka mengurangi sampah yang akhir-akhir ini menjadi ancaman setiap kota khususnya Kota Bandung, maka perlu dilakukan sebanyak-banyaknya “aliansi” sampah dengan masyarakat. Dengan tangan-tangan kreatif dan pemikiran-pemikiran inovatif ternyata sampah yang selama ini sering dianggap masalah, bagi mereka justru menjadi berkah. Untuk itu tidak berlebihan kiranya apabila mereka saat ini memiliki motto : “Lebih Baik Hidup dari Sampah dari Pada Hidup Menjadi Sampah”.

cc : http://csrpdamkotabogor.wordpress.com
Share READ MORE - Sejarah Hari Sampah Nasional

Minggu, 17 Februari 2013

Hari Sampah Nasional

Assalamu'alaikum warohmatullahi'wabarokatuh
Tahukah Andah bahwa dibulan februari ini ada sebuah moment yang sering menjadi permasalahan dimuka bumi ini, ya SAMPAH. Anda pasi juga dengar kata-kata ini sering malah setiap hari mungkin yaa :D
Banyak dari kita yang tidak tahu bahwa tanggal 21 Februari adalah Hari Sampah (Keren yaa...sampah aja dirayain loh)

Apakah Anda sudah sadar akan sampah disekitar kita? Pasti kebanyakan belom :)
Masih banyak masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya, padahal sudah disediakan tempat sampah yang jelas-jelas terlihat oleh mata kita, tetapi kebanyakan enggan membuang sampah pada tempatnya. Mengapa demikian? Karena tingkat kesadaran pada masyarakat masih sangat rendah. Lihat deh Singapura, negara kecil, dibandingkan dengan Indonesia? Kalah jauh Singapura, tapi apa perbedaanya? Di Singapura sangat rapih, bersih, tidak ada sampah yang berserakah, tingkat kesadaran akan sampah sangat tinggi disana dibandingkan dengan di Indonesia.

Kalo di Indonesia, dimana-mana sampah. Disungai sampah, di WC umum sampah, waduh2....Sepertinya harus ada petugas sampah ya.

Dilansir dari www.tempo.co
TEMPO.CO, Palembang - Sampah kini jadi ancaman serius bagi keberlangsungan hidup di Indonesia. Bila tidak dikelola dengan baik, beberapa tahun mendatang sekitar 250 Juta rakyat Indonesia akan hidup bersama tumpukan sampah.

Kementerian Lingkungan hidup mencatat rata-rata penduduk Indonesia menghasilkan sekitar 2,5 liter sampah per hari atau 625 juta liter dari jumlah total penduduk. Kondisi ini akan terus bertambah sesuai dengan kondisi lingkungannya.

"Setiap hari masing-masing orang menghasilkan 2,5 liter sampah, kalkulasikan dengan jumlah penduduk," kata Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya, Sabtu 14 April 2012 saat meresmikan Bank Sampah di Palembang.

Menurut Menteri Balthasar, dibutuhkan kesadaran pribadi untuk mengurangi dampak negatif penumpukan sampah. Kementerian memberikan dana stimulan untuk menanggulangi persoalan sampah.

"Tahun ini untuk Palembang kami mengucurkan dana hingga Rp 50 Miliar," katanya. Dana ini sebagai stimulan buat Bank Sampah, proyek penghijauan, serta program meminimalisir dampak asap kendaraan bermotor.

Hingga kini sudah ada 250 Bank sampah di seluruh kabupaten dan kota di Indonesia. Keberadaan Bank Sampah, untuk sementara diutamakan di kota-kota peraih Adipura. Selain Palembang, ada dua kota yang jadi percontohan pengelolaan sampah rumah tangga, yaitu Surabaya dan Malang di Jawa Timur.


DAN INDONESIA PERLU MENTERI PERSAMPAHAN (Siapa yang mau?)
Fakta dan Hasil survey serta kegerahan melihat sampah dan tata kelolanya di Indonesia, sepertinya harus di manaj secara khusus dan fokus dengan kelembagan/institusi/badan tersendiri. Sepertinya Indonesia butuh kementerian persampahan. Kenapa demikian, karena sampah sudah menjadi masalah nasional dan bahkan masalah global. Selaku pengelola dan pemerhati masalah sampah dan lingkungan, kondisi sampah di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan utamanya di wilayah perkotaan seperti DKI Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Sebut Kota Megapolitan Jakarta misalnya, memiliki 6 Kab/Kota (Kepulauan Seribu, Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Barat dan Jakarta Selatan). Sepertinya pemerintah tidak mampu mengatasinya dan sangat kewalahan. Timbulan sampah di sana-sini, semrawut saja, dan diperkirakan sampah Jakarta perharinya mencapai 5.000-6.500 Ton/hari. Sementara, DKI Jakarta tidak memiliki Tempat Pembuangan sampah Ahir (TPA) yang memadai. Terpaksa menyewa di TPA Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, biaya sewanya Rp.107.000/Ton, sungguh fantastis biaya sampah ini. Begitupun kota-kota penyanggah Jakarta, sebut misalnya Kota Tangerang Selatan, Banten juga tidak memiliki TPA termasuk Kota Tangerang sendiri.

Kementerian Lingkungan hidup mencatat rata-rata penduduk Indonesia menghasilkan sekitar 2,5 liter sampah per hari atau 625 juta liter dari jumlah total penduduk. Kondisi ini akan terus bertambah sesuai dengan kondisi lingkungannya. “Setiap hari masing-masing orang menghasilkan 2,5 liter sampah, kalkulasikan dengan jumlah penduduk,” kata Menteri Lingkungan Hidup, Prof. Balthasar Kambuaya, Sabtu 14 April 2012 saat meresmikan Bank Sampah di Palembang.

Kenapa saya mencoba melempar wacana pembentukan Kementerian Persampahan ini. Karena melihat penomena pengelolaan persampahan di Indonesia sampai saat ini semakin memprihatinkan saja. Pemerintah Kabupaten dan Kota sepertinya setengah hati dalam mengelola sampahnya di daerah, hampir semua pengelolaan sampah tidak berjalan sebagaimana mestinya dan terjadi stagnan. Juga masih ada perda sampah yang tidak pernah di revisi dan malah ada daerah yang tidak memiliki perda persampahan.

Ada juga satu penomena (sesuai fakta dalam survey persampahan yang dilakukan oleh tim kami di daerah) bahwa sektor sampah memang banyak fulus didalamnya dan menjadi sumber korupsi terbesar ada juga di pengelolaan persampahan yang dilakukan oleh “oknum” pejabat pemerintah daerah Kab/Kota.
Pengelolaan persampahan di Indonesia sebenarnya tinggal menunggu kepedulian yang serius oleh pemerintah daerah,. Karena, regulasi persampahan sebenarnya sudah cukup memadai yaitu dengan adanya UU.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, UU.32 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup, juga sydah ada Permendagri No.33 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Sampah. Maka dengan adanya regulasi tersebut, pemerintah daerah sudah menjadi keharusan merevisi perda persampahannya yang bernapas regulasi tersebut. Salah satu contoh Perda Persampahan Kota Samarinda (Perda No.2 Tahun 2011 Ttg.Pengelolaan Sampah) yang sudah senapas dengan regulasi persampahan tersebut.

Solusi Sampah di Indonesia by Sentralisasi-Desentralisasi (orientasi ekonomi)

Selama ini pemerintah daerah (Kab/Kota) di Indonesia dalam mengelola sampah masih bertumpu pada pengelolaan di TPA, itupun masih menerapkan pola open dumping yang sentralistik, padahal (walau belum efektif, regulasinya sudah ada) belum juga “mencoba” mengaplikasi UU tersebut. Tapi tahun 2013 yad, UU Persampahan ini akan diberlakukan efektif, jadi pola open dumping yang sentralistik harus segera ditinggalkan. Harus berorientasi ekonomi, dimana asfek ekonomi inilah sebagai trigernya. Maka harus memanfaatkan teknologi olah sampah mengarah ekonomi (terjamin pasar).

Begitu juga dalam mengantisipasi pelaksanaan pengadaan sarana persampahan, pemerintah sendiri masih setengah hati menjalankan Perpres No.54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (perpres ini telah mengalami 2 (dua) kali perubahan yaitu Perpres No. 35 Tahun 2011 dan Perpres No. 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua atas Perpres No.54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dan Penjelasan Perpres No.70 Tahun 2012. Tapi kenyataannya pemerintah daerah masih enggan meninggalkan Kepres 80 Tahun 2003 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selalu berdasar pada nilai/besaran anggaran pekerjaan semata, belum melihat spesifik pekerjaan. Dalam mengantisipasinya peran Asosiasi Konsultan non Konstruksi (Askindo) dan LSM Lingkungan/Persampahan sangat diharapkan untuk mendampingi pemerintah dan pihak swasta/masyarakat. Pengelolaan sampah sebenarnya sebuah pekerjaan spesifik dan kurang diminati, yang seharusnya dalam pelaksanaan pekerjaannya tidak semestinya atau tidak seharus nya ditenderkan. Bisa saja swakelola dan/atau pemilihan langsung dan/atau penunjukan langsung, karena juga membutuhkan partisipasi langsung masyarakat sebagai produsen sampah. Dimana swakelola pula bertujuan mendorong dan meningkatkan tercapainya percepatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan. Ini yang kurang difahami oleh Pengguna Anggaran (PA) dan/atau Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) di daerah. (Baca postingan di wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2012/08/04/catatan-buat-modis-dan-bukber-kompasiana-plus-kemenparekraf).

Fokus Kelola Sampah by Kementerian Persampahan.

Seharusnya, masalah persampahan ini ada kelembagaan khusus yang mengurusnya. “Indonesia ini butuh Kementerian Persampahan, yang bisa mengatur tata kelola sampah berbasis ekonomi. Kalau cuma mengandalkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kemendagri tidak bisa fokus, karena mereka bekerja parsial (Kementerian LH sangat luas wilayah tugasnya juga di Kemendagri terlalu kompleks disana. Tapi toh kalau wacana ini masih berat (konsekuensi anggaran), maka setidaknya di Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI, dibentuk Deputy Menteri Bidang Persampahan (bukan cuma Asisten Deputy), untuk mensinergikan dan aktualisasi program lintas kementerian/lembaga/badan/pemerintah daerah. Termasuk pola kerjasama antardaerah (regionalisasi management) dalam sektor pengelolaan sampah.

Jadi pengelolaan “makro” persampahan akan terfokus, tidak seperti yang ada saat ini, semua kementerian, termasuk Kementerian PU dan kementerian lainnya ada anggaran yang mungkin bisa saja ngawur disana, K/L/B/I masing-masing membuat perencanaan tapi terpisah dan tidak terintegrasi. Sebaiknya ada Master Plan Perencanaan Sampah Nasional yang terintegrasi kesemua kementerian terkait, demi efisiensi anggaran dan terjadi fokus. Termasuk pada Kementerian Pariwisata dan Pengembangan Ekonomi Kreatif, Kementerian Perindustrian dan juga Kementerian Pertanian. Semua harus duduk semeja dalam membicarakan sekaligus merencanakan pengelolaan persampahan ini.

Duduk semeja semua kementerian ini, sangatlah susah dan bisa terjadi pemborosan anggaran dimana-mana, maka jalan terbaik adalah pembentukan Kementerian Persampahan RI, memang kelihatannya akan menyerap anggaran baru, tapi jauh akan lebih efisien dan sustainable bila ada kelembagaan khusus tersebut.


Share READ MORE - Hari Sampah Nasional

Minggu, 03 Februari 2013

10 Gangguan Syetan Dalam Sholat

Tak sedikit dari kita atau malah sering, saat kita sholat pernah tak konsentrasi, atau lupa rakaat berapakah kita sholat. Nah, sekarang kita membahas tentang 10 Gangguan Syetan Dalam Sholat. Yuk...Intip :)

1. Waswas Saat Melakukan Takbiratul Ihram.
Saat mulai membaca takbiratul ihram "Allahu Akbar" , ia ragu apakah takbir yang dilakukannya itu sudah sah atau belum sah. Sehingga ia langsung mengulanginya lagi
dengan membaca takbir. Peristiwa itu terus menerus terulang, terkadang sampai imamnya hampir ruku'.
Ibnul Qayyim berkata, "Termasuk tipu daya syetan yang banyak menggangu mereka adalah was-was dalam bersuci (berwudhu) dan niat atau saat takbiratul ihram dalam shalat".
Was-was itu membuat mereka tersiksa dan tidak nyaman.

2. Tidak Konsentrasi Saat Membaca Bacaan Shalat.
Sahabat Rasulullah yaitu 'Utsman bin Abil 'Ash datang kepada Rasulullah dan mengadu, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya syetan telah hadir dalam shalatku dan membuat bacaanku salah dan rancu".
Rasulullah menjawab, "Itulah syetan yang disebut dengan Khinzib. Apabila kamu merasakan kehadirannya, maka meludahlah ke kiri tiga kali dan berlindunglah kepada Allah. Akupun melakukan hal itu dan Allah menghilangkan gangguan itu dariku" (HR. Muslim).

3. Lupa Jumlah Raka'at Yang Telah Dikerjakan.
Abu Hurairah berkata, "Sesungguhnya Rasulullah telah bersabda, "Jika salah seorang dari kalian shalat, syetan akan datang kepadanya untuk menggodanya sampai ia tidak tahu berapa rakaat yang ia telah kerjakan. Apabila salah seorang dari kalian mengalami hal itu, hendaklah ia sujud dua kali (sujud sahwi) saat ia masih duduk dan sebelum salam, setelah itu baru mengucapkan salam" (HR Bukhari dan Muslim)

4. Hadirnya Pikiran Yang Memalingkan Konsentrasi.
Abu Hurairah berkata, "Rasulullah bersabda, "Apabila dikumandangkan adzan shalat, syetan akan berlari seraya terkentut-kentut sampai ia tidak mendengar suara adzan tersebut. Apabila muadzin telah selesai adzan, ia kembali lagi. Dan jika iqamat dikumandangkan ia berlari. Apabila telah selesai iqamat, dia kembali lagi. Ia akan selalu bersama orang yang shalat seraya berkata kepadanya, ingatlah apa yang tadinya tidak kamu ingat! Sehingga orang tersebut tidak tahu berapa rakaat ia shalat" (HR. Bukhari)

5. Tergesa-gesa Untuk Menyelesaikan Shalat.
Ibnul Qayyim berkata, "Sesungguhnya ketergesa-gesaan itu datangnya dari syetan, karena tergesa-gesa adalah sifat gegabah, asal dan sembrono yang menghalang-halangi seseorang untuk berprilaku hati-hati, tenang dan santun serta meletakkan sesuatu pada tempatnya. Tergesa-gesa muncul karena dua perilaku buruk, yaitu sembrono dan buru-buru sebelum waktunya".
Tentu saja bila shalat dalam kondisi tergesa-gesa, maka cara pelaksanaannya asal. Asal mengerjakan, asal selesai dan asal jadi. Tidak ada ketenangan atau thu-ma'ninah. Pada zaman Rasulullah ada orang shalat dengan tergesa- gesa. Akhirnya Rasulullah memerintahkannya untuk mengulanginya lagi karena shalat yang telah ia kerjakan belum sah. Rasulullah bersabda kepadanya, "Apabila kamu shalat, bertakbirlah (takbiratul ihram). Lalu bacalah dari Al-Qur'an yang mudah bagimu, lalu ruku'lah sampai kamu benar-benar ruku' (thuma'ninah) , lalu bangkitlah dari ruku' sampai kamu tegak berdiri, kemudian sujudlah sampai kamu benar-benar sujud (thuma'ninah) dan lakukanlah hal itu dalam setiap rakaat shalatmu" (HR. Bukhari dan Muslim)

6. Melakukan Gerakan-Gerakan Yang Tidak Perlu.
Dahulu ada seorang sahabat yang bermain kerikil ketika sedang tasyahud. Ia membolak-balikkannya.
Melihat hal itu, maka Ibnu Umar segera menegurnya selepas shalat. "Jangan bermain kerikil ketika shalat karena perbuatan tersebut berasal dari syetan. Tapi kerjakan seperti apa yang dikerjakan Rasulullah". Orang tersebut bertanya, "Apa yang dilakukannya? " Kemudian Ibnu Umar meletakkan tangan kanannya diatas paha kanannya dengan jari telunjuk menunjuk ke arah kiblat atau tempat sujud. "Demikianlah saya melihat apa yang dilakukan Rasulullah" kata Ibnu Umar (HR. Tirmidzi)

7. Menengok Ke Kanan Atau Ke Kiri Ketika Shalat
Dengan sadar atau tidak, orang tersebut menengok ke kiri atau ke kanan, itulah akibat godaan syetan penggoda. Karena itu, setelah takbiratul ihram, pusatkan pandangan pada satu titik. Yaitu tempat sujud. Sehingga perhatian kita menjadi fokus dan tidak gampang dicuri oleh syetan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah, ia berkata, "Saya bertanya kepada Rasulullah tentang hukum menengok ketika shalat". Rasulullah menjawab, "Itu adalah curian syetan atas shalat seorang hamba" (HR. Bukhari)

8. Menguap dan Mengantuk
Rasulullah bersabda, "Menguap ketika shalat itu dari syetan. Karena itu bila kalian ingin menguap maka tahanlah sebisa mungkin" (HR Thabrani).
Dalam riwayat lain Rasulullah bersabda, "Adapun menguap itu datangnya dari syetan, maka hendaklah seseorang mencegahnya (menahannya) selagi bisa. Apabila ia berkata ha... berarti syetan tertawa dalam mulutnya" (HR. Bukhari dan Muslim)

9. Bersin Berulang Kali Saat Shalat.
Syetan ingin menggangu kekhusyu'an shalat dengan bersin sebagaimana yang dikatakan Abdullah bin Mas'ud, "Menguap dan bersin dalam shalat itu dari syetan" (Riwayat Thabrani).
Ibnu Hajar mengomentari pernyataan Ibnu Mas'ud, "Bersin yang tidak disenangi Allah adalah yang terjadi dalam shalat sedangkan bersin di luar shalat itu tetap disenangi Allah. Hal itu tidak lain karena syetan memang ingin menggangu shalat seseorang dengan berbagai cara"

10. Terasa Ingin Buang Angin Atau Buang Air.
Rasulullah bersabda, "Apabila salah seorang dari kalian bimbang atas apa yang dirasakan di perutnya apakah telah keluar sesuatu darinya atau tidak, maka janganlah sekali-kali ia keluar dari masjid sampai ia yakin telah mendengar suara (keluarnya angin) atau mencium baunya" (HR Muslim).

Berbahagialah orang-orang muslim yang selama ini terbebas dari berbagai macam gangguan syetan dalam shalat.
Semoga kita semua dibebaskan oleh Allah dari gangguan-gangguan tersebut.

AAMIIN...

Dan bagi yang merasakan gangguan tersebut, sebagian atau keseluruhannya, janganlah putus asa untuk berjihad melawan syetan terkutuk.
A'udzubillahi minasyaithoonirraajiim.,..

Share READ MORE - 10 Gangguan Syetan Dalam Sholat

Sabtu, 02 Februari 2013

SERTIJAB HIMA 2012 / 2013

Sore itu sms masuk di hape saya, saya baca sejenak ternyata dari teman sekampus saya, "Untuk calon Hima, SERTIJAB besok pake seragam lengkap, jilbab, rok biru dongker". Saya tersenyum kecut, saya ambil tindakan untuk sms kakak tingkat saya yang punya seragam lengkap (karena seraga saya belom jadi). Akhirnya, sang sahabat saya dari AKBID Poltekkes Kemenkes Surabaya di Magetan, bersedia membantu dan meminjamkan seragam kepada kakak tingkatnya. Dalam hati "Alhamdulillah" :D
Senengnya...
Pagi harinya bersiap-siap dengan memakai seragam lengakap, hari itu 01-02-2013 (nomor cantik bukan? 1213 loh)
Anggota HIMA baru berjejer-jejer di ruang audit, bersiap-siap memasuki ruangan audit. Satu persatu nama-nama anggota dan jabatan. Saya yang berdiri grogi, mulai berjalan karena sudah disebut nama dan jabatan saya (IRA MUSTIKA NINGRUM, SIE TEKNOLOGI, INFORMASI DAN KOMUNIKASI, dengan bidang PENGEMBANGAN JARINGAN)

Share READ MORE - SERTIJAB HIMA 2012 / 2013

Template by:

Free Blog Templates